-->

PENGARUH BULLYING TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI SISWA


PENGARUH BULLYING TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI SISWA

Masa remaja merupakan periode kehidupan yang penuh dengan dinamika, dimana pada masa tersebut terjadi perkembangan dan perubahan yang sangat pesat. 


Pada periode ini terdapat risiko tinggi terjadinya kenakalan dan kekerasan pada remaja, baik sebagai korban maupun sebagai pelaku dari tindakan kekerasan. 

Perkembangan psikososial remaja merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Hal ini didasari oleh masalah yang banyak dialami remaja yang disebabkan oleh hubungan sosialnya di sekolah salah satunya adalah bullying. 

Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja terjadi berulang-ulang untuk menyerang seorang target atau korban yang lemah, mudah dihina dan tidak bisa membela diri sendiri.

Korban bullying memiliki karakteristik mudah merasa takut, tidak menyukai dirinya sendiri dan cenderung berdiam diri di rumah setelah pulang dari sekolah. 

Bullying juga memiliki pengaruh secara jangka panjang dan jangka pendek terhadap korban bullying. Pengaruh jangka pendek yang ditimbulkan akibat perilaku bullying adalah depresi karena mengalami penindasan, minat untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah yang diberikan oleh guru, dan menurunnya minat untuk mengikuti kegiatan sekolah. 

Sedangkan akibat yang ditimbulkan dalam jangka panjang dari penindasan ini seperti mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan baik terhadap lawan jenis, selalu memiliki kecemasan akan mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari teman-teman sebayanya. Fakta menunjukkan, bullying berdampak secara fisik, psikis, dan sosial terhadap korban. 

Selain menurunnya prestasi belajar, bullying juga mengakibatkan dampak fisik, seperti kehilangan selera makan dan migrain. Korban juga rentan menjadi pencemas hingga mengalami depresi dan menarik diri dari pergaulan. Dalam tingkatan yang lebih ekstrem, korban bahkan ada yang sampai Bunuh Diri. 

Dampak yang mengarah ke akademi meliputi terganggu prestasi akademisnya atau sering sengaja tidak masuk sekolah. Lebih mengkhawatirkan lagi, perilaku bullying bahkan terus berkembang di lingkup yang lebih luas. Saat ini, bullying juga merambat ke tembok sekolah dasar.

BULLYING (PENINDASAN)

Menurut wikipedia bullying atau Penindasan atau perundungan atau perisakan adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalah gunakan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidak seimbangan kekuasaan sosial atau fisik.

Hal ini dapat mencakup pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu, mungkin atas dasar ras, agama, gender, seksualitas, atau kemampuan. 

Tindakan penindasan terdiri atas empat jenis, yaitu secara emosional, fisik, verbal, dan cyber. Budaya penindasan dapat berkembang di mana saja selagi terjadi interaksi antar manusia, dari mulai di sekolah, tempat kerja, rumah tangga, dan lingkungan.

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB BULLYNG

Ada berbagai faktor mengapa kasus bullyng bisa terjadi. Faktor-faktor tersebut bisa dikelompokkan menjadi 2, diantaranya yaitu faktor internal dan factor eksternal.

Faktor Internal

Faktor internal yaitu faktor penyebab yang berasal dari dalam diri pelaku, misalnya faktor psikologis. Gangguan psikologis seperti gangguan kepribadian ataupun gangguan emosi bisa disebabkan karena berbagai masalah yang dihadapi oleh seorang anak. Banyak pelaku bullying
dipengaruhi oleh faktor psikologi. 

Tetapi umumnya perilaku bullying mereka dipengaruhi oleh toleransi sekolah atas perilaku bullying , sikap guru, dan faktor lingkungan yang lain. Selain itu, lingkungan keluarga juga mempengaruhi perilaku bullying. Bully biasanya berasal dari keluarga yang memperlakukan mereka dengan kasar (Craig, Peters &Konarski,1998, dan Pepler & Sedighdellam, 1998, dalam Sciarra (2004;353).

Menurut Bosworth, Espelage dan Simon (2001) dalam Aluede, Adeleke,Omoike, & Akpaida (2008; 152) para bully biasanya laki-laki, populer,dan memiliki kemampuan sosial yang bagus. Hal ini memudahkannya menarik banyak anggota dalam kelompok dan dengan mudah dapat memanipulasi orang lain.

Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang memicu terjadinya bullying ada bermacam-macam,seperti contohnya pengaruh lingkungan (teman sebaya), keluarga yang kurang harmonis, faktor ekonomi keluarga, dan acara televisi yang kurang mendidik serta kecanggihan teknologi pada era globalisasi ini yang sangat mungkin memicu terjadinya cyber bullying . 

Alasan yang paling jelas mengapa seseorang menjadi pelaku bullying adalah bahwa pelaku bullying merasakan kepuasan apabila ia “berkuasa” di kalangan teman sebayanya. Selain itu, tawa teman-teman sekelompoknya saat ia mempermainkan sang korban memberikan penguatan terhadap perilaku bullyingnya (Tim Yayasan Semai Jiwa Amini, 2008; 14).


1.      Dampak Bullying

Sikap seseorang di lingkungannya bisa menjadi tanda orang tersebut nyaman dengan lingkungannya atau justru merasa jauh dari rasa aman dan nyaman berada di lingkungan tersebut. Beberapa hal yang bisa menjadi indikasi awal bahwa anak kemungkinan sedang mengalami bullying disekolah antara lain :
1.      Kesulitan untuk tidur
2.      Mengompol ditempat tidur
3.      Mengeluh sakit kepala atau perut
4.      Tidak nafsu makan atau muntah-muntah
5.      Takut pergi kesekolah
6.      Menangis sebelum atau sesudah kesekolah
7.      Sering pergi ke UKS
8.      Tidak tertarik pada aktifitas sosial yang melibatkan murid lain
9.      Sering mengeluh sakit sebelum pergi ke sekolah
10.  Sering mengeluh sakit kepada gurunya, dan ingin orang tua segera menjemput pulang
11.  Harga dirinya rendah
12.  Perubahan drastis pada sikap, perilaku, cara berpakaian, atau kebiasaannya
13.  Lecet atau luka

Anak yang menjadi korban bullying baik secara fisik ataupun secara mental biasanya akan mengalami trauma yang besar dan depresi yang akhirnya menyebabkan gangguan mental dimasa yang akan datang.
Gejala kelainan mental yang biasanya muncul pada masa kanak-kanak secara umum anak tumbuh menjadi pribadi yang mudah cemas, sulit berkonsentrasi, mudah gugup dan takut. Tanda-tanda yang terjadi pada anak yang mennjadi korban bullying :
1.      Kesulitan bergaul
2.      Merasa takut datang kesekolah sehingga sering bolos
3.      Ketinggalan pelajaran
4.      Mengalami kesulitan berkonsentrasi mengikuti pelajaran
5.      Kesehatan fisik dan terganggu
2.      Cara Mengatasi Bullying 

Usaha yang dapat dilakukan untuk mengatasi bullying dibagi menjadi 2, yaitu :
1.      Usaha Preventif (pencegahan)
Usaha tersebut bisa berupa preventif (pencegahan) tetapi juga bisa dengan membuat para pelaku bullying tidak akan melakukan bullying lagi kepada siapapun. Dalam hal ini peran orang tua sangatlah penting, karena anak yang biasanya terlibat dalam masalah seperti ini adalah mereka kurang mendapat perhatian dari orang tua mereka dan berasal dari keluarga yang retak keharmonisannya (broken home). Usaha preventif  yang bisa kita lakukan adalah menanamkan sejak dini kepada anak bahwa kita semua saling bersaudara dan harus saling mencintai antar sesama, memberikan nilai-nilai keagamaan kepada anak, sehingga anak akan berpikir bahwa jika menyakiti orang lain pasti akan mendapatkan dosa. Orang tua juga perlu mengawasi pergaulan anak, agar anak tidak salah dalam bergaul dan salah dalam berteman, karena pengaruh teman sebaya sangat besar dalam perkembangan diri seorang individu. Selain itu orang tua juga harus mengawasi apa yang ditonton oleh anak ketika menonton televisi, karena tayangan televisi saat ini justru banyak menampilkan sinetron dengan adegan-adegan yang tidak patut untuk dilihat oleh anak, cenderung menampilkan pergaulan yang bebas, kehidupan yang serba mewah, bahasa yang dipergunakan pun cenderung alay, dan terkadang banyak sinetron yang menampilkan adegan-adegan anak yang sering membantah nasihat dari orang tua mereka.
2.      Kuratif  
Sedangkan untuk mengatasi tindakan bullying yang sudah terlanjur terjadi adalah dengan memberikan treatment kepada anak yang bersangkutan, dan  bagi anak yang beresiko menjadi korban bullying, hal-hal yang perlu diperhatikan agar tidak menjadi korban bullying antara lain :
1.      Jangan membawa barang-barang mahal atau uang berlebihan
2.      Jangan sendirian, karena pelaku bullying akan melihat anak yang menyendiri sebagai mangsa yang potensial.
Jangan mencari gara-gara dengan pelaku bullying, dan jika terperangkap dalam situasi bullying maka percaya dirilah. Jangan sampai terlihat lemah dan ketakutan. Serta harus berani melapor kepada guru atau orangtua.

KEPERCAYAAN DIRI

“Percaya diri merupakan suatu keyakinan dalam jiwa manusia bahwa tantangan hidup apapun harus dihadapi dengan berbuat sesuatu”. Percaya diri itu lahir dari kesadaran bahwa jika memutuskan untuk melakukan sesuatu, sesuatu itu pula yang harus dilakukan. 

Percaya diri itu akan datang dari kesadaran seorang individu bahwa individu tersebut memiliki tekad untuk melakukan apapun, sampai tujuan yang ia inginkan tercapai. Siswa yang mempunyai rasa percaya diri tinggi dapat memahami kelebihan dan kelemahan yang dimiliki. 

Kelemahan kelemahan yang ada pada dirinya merupakan hal yang wajar dan sebagai motivasi untuk mengembangkan kelebihan yang dimilikinya bukan dijadikan penghambat atau penghalang dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Hakim, 2005: 6). “Rasa percaya diri merupakan sikap mental optimesme dari kesanggupan anak terhadap kemampuan diri untuk menyelesaikan segala sesuatu dan kemampuan diri untuk melakukan penyesuaian diri pada situasi yang dihadapi.

Merangkum dari beberapa sumber penelitian yang berkenaan dengan pengaruh bullying terhadap kepercayaan diri siswa dari beberapa hipotesa yang dilakukan dibeberapa sekolah yang ada di Indonesia.


Penilitian yang dilakukan di SMP Negeri 10 Manado menunjukkan bahwa terdapat hubungan bullying dengan kepercayaan diri pada remaja dimana tingkat bullying ringan tercatat hanya (5,6%) yang memiliki kepercayaan diri rendah tercatat sebesar (42,6%), sedangkah untuk bullying berat tercatat sebesar (51,9%) 


Penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Sejiwa (2008) tentang kekerasan bullying di tiga kota besar di Indonesia, yaitu Yogyakarta, Surabaya, dan Jakarta mencatat terjadinya tingkat kekerasan sebesar 67,9% di tingkatSekolah Menengah Atas (SMA) dan 66,1% di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kekerasan yang dilakukan sesama siswa tercatat sebesar 41,2% untuk tingkat SMP dan 43,7% untuk tingkat SMA dengan kategori tertinggi kekerasan psikologis berupa pengucilan. Peringkat kedua ditempati kekerasan verbal (mengejek) dan kekerasan fisik (memukul). Gambaran kekerasan di SMP di tiga kota besar yaitu Yogya: 77,5% (mengakui ada kekerasan) dan 22,5% (mengakui tidak ada kekerasan); Surabaya: 59,8% (ada kekerasan); Jakarta:61,1% (ada kekerasan). Pada November 2009, setidaknya terdapat 98 kasus kekerasan fisik, 108 Kekerasan Seksual, dan 176 Kekerasan psikis pada anak yang terjadi di Lingkungan Sekolah. Data yang dirilis Pusat Data dan Informasi, Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), menyebutkan, angka kekerasan pada tahun 2011 menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan sekaligus mengkhawatirkan. Untuk jumlah pengaduan yang masuk, peningkatannya mencapai 98 persen pada tahun 2011, yaitu 2.386 pengaduan dari 1.234 laporan pada tahun 2010. Kasus kekerasan seksual juga meningkat menjadi 2.508 kasus pada 2011, meningkat dari data tahun 2010 sebanyak 2.413 kasus. Sebanyak 1.020 kasus atau setara 62,7 persen dari angka tersebut adalah kasus kekerasan seksual yang dilakukan dalam bentuk sodomi, pemerkosaan, pencabulan, dan inses. Selebihnya adalah kekerasan fisik dan psikis. Fakta ini tentu sangat memprihatinkan.

Pada hasil penelitian yang dilakukan peneliti ada beberapa siswa yang pernah atau sedang menerima perilaku bullying ringan memiliki kepercayaan diri yang cukup rendah, hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor yaitu siswa tersebut kurang bisa mengungkapkan perasaan, selain itu keadaan yang dialami subjek di luar lingkungan sekolah serta kejadian buruk yang terjadi di masa lalu. 

Hal tersebut sesuai dengan ungkapan Afiatin dan Marataniah (1998) terkait faktor – faktor yang mempengaruhi kepercayaan diri yaitu lingkungan psikologis dan sosiologis yang kondusif yaitu adanya penerimaan, kepercayaan, rasa aman dan kesempatan untuk mengekspresikan ide – ide serta perasaan, dan lingkungan psikologis dan sosiologis yang tidak kondusif yaitu lingkungan dengan suasana penuh tuntutan, tidak menghargai pendapat orang lain serta tidak ada kesempatan untuk mengekspresikan ide serta perasaan. 

Pada hasil penelitian yang dilakukan peneliti kepercayaan diri pada remaja yang pernah atau sedang menerima perilaku bullying berat dapat diketahui sebagian besar sampel memiliki kepercayaan diri yang cukup rendah, hal ini bisa terjadi karena siswa – siswa tersebut sering menerima bullying dari temannya dan belum bisa mengungkapkan perasaan yang mereka alami. 

Hal tersebut sesuai dengan Sejiwa (2008) bahwa korban bullying turut berperan dalam memelihara situasi bullying dengan bersikap diam, karena korban berpikir jika melaporkan pada guru, guru akan memanggil dan menegur pelaku bullying, berikutnya pelaku bullying akan kembali menghadang korban. 

Akibatnya korban memilih diam, sehingga kurang memiliki rasa percaya diri. Namun ada beberapa siswa yang pernah atau sedang menerima perilaku bullying berat memiliki kepercayaan diri tinggi, hal ini bisa terjadi karena subjek merasa yakin dan mampu dalam mengatasi masalah yang dihadapi serta mampu mengungkapkan perasaan yang dialaminya. 

Penelitian menurut Leli Ikhsani (2015) dalam Dinamika Psikologis Korban Bullying Pada Remaja, menunjukkan perlakuan bullying memberikan dampak psikologis pada korban seperti timbul perasaan kesal, sedih, tidak konsentrasi belajar, tidak nyaman dan tidak percaya diri.

KESIMPULAN

Bullying berasal dari kata bahasa inggris bully yang artinya gertak, menggertak, atau mengganggu sedangkan makna luas dari bullying (Riauskina, Djuwita, dan Soesetio : 2001) adalah salah satu bentuk perilaku agresi dengan kekuatan dominan pada perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan mengganggu anak lain yang lebih lemah darinya. Bullying dikelompokkan menjadi enam, yaitu kontak fisik langsung, kontak verbal langsung, kontak nonverbal langsung, kontak nonverbal tidak langsung, pelecehan seksual dan cyberbullying.

Percaya diri pada dasarnya adalah sikap yang memungkinkan seseorang untuk memiliki persepsi positif dan realistis terhadap dirinya sendiri dan kemampuannya. Hal ini ditandai dengan sikap seperti tegas, optimis, antusias, berkasih sayang, bangga, mandiri, percaya, mampu untuk menangani kritik dan matang secara emosional (Goel, Anggarwal, 2012). 

Jika seseorang tidak memiliki rasa percaya diri dalam dirinya, maka ia akan cenderungbergantung pada orang lain secara berlebihan untuk merasa dirinya baik. Sehingga ia akan cenderung untuk menghindari mengambil resiko karena takut gagal. Percaya diri mengacu pada pandangan individu terhadap dirinya sendiri. Rasa percaya diri juga mengacu pada harga diri atau gambaran diri (Santrock, 2011: 92). 

Sebagai contoh, seorang siswa yang memiliki rasa percaya diri tinggi mungkin akan merasa bahwa dirinya bukan sekedar siswa biasa, tapi ia adalah seorang siswa yang baik, yang memiliki nilai lebih diantara kebanyakan temannya. 

Sebaliknya, jika seorang siswa tidak memiliki rasa percayadiri, maka ia akan merasa bahwa dirinya hanya siswa biasa, tidak memiliki kemampuan seperti temannya yang lain. Penilaian negatif mengenai kemampuannya tersebut akan membuat seorang siswa tidak melakukan sesuatu kegiatan dengan segala kemampuan yang dimiliki. Padahal mungkin sebenarnya mereka memiliki kemampuan.Kurangnya rasa percaya diri pada siswa dapat berdampak pada menurunnya prestasi mereka.

Oleh karna itu bullying yang kerap terjadi di lingkungan sekolah atau dilingkungan yang ada di sekitar masyarakat acap kali mengganggu mental, psikis dan rasa kepercayaan diri seseorang. Baiknya bullying dihentikan praktiknya dalam lingkungan masyarakat agar kehidupan bermasyarakat dan anak-anak yang mendapatkan buly mampu terus berkreasi, berinovasi dan terus berkreasi  dengan lingkungan yang juga turut mendukung mereka tanpa ada tindakan diskriminasi yang menyakiti atau bahkan menyayat semangat mereka.


Refrensi:

https://psychology.binus.ac.id/2015/09/20/6924/
https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/10046
https://www.academia.edu/7157095/Tidak_Percaya_Diri
https://www.academia.edu/10078242/BULLYING_
https://media.neliti.com/media/publications/106879-ID-meningkatkan-percaya-diri-siswa-melalui.pdf
e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 6 Nomor 1, Mei 2018
https://media.neliti.com/media/publications/107919-ID-upaya-meningkatkan-rasa-percaya-diri-mel.pdf
http://Jurnal.uii.ac.id/psikologika/ar ticle/view/8466/7192.
https://id.wikipedia.org/wiki/Penindasan




KELOMPOK PSIKOLOGI PENDIDIKAN

1.NURFAZLIANI (1706101030055)
2.DIANA ARIDAINI (1706101030016)
3.NABILA SARI YUSUF (1706101030037)
4.YUSRAWATI (1706101030009)
LihatTutupKomentar